Tulisan berjalan


widgets

Desember 03, 2012

NASKAH DRAMA NATAL


SINOPSIS

Tokoh           :  Raja                 Sifat bijaksana
                        Permaisuri       Cerdas dan penuh perhatian
                        Mbok Rondo   Sengsara tetapi selalu penuh pengharapan.
                        Anak-anak       Percaya kepada Ibunya
                        Wanita  1         Jujur
                        Wanita 2          Licik
Pengajaran    :  Seorang Ibu akan selalu mengasihi anaknya, bagaimanapun keadaannya.  Tuhan juga tidak pernah meninggalkan umatnya.
                        Mengajarkan sifat bijaksana, adil dan penuh kasih.
Seting Panggung: 
1.      Suasana istana
2.      Rumah mbok rondo
3.      Pertengkaran di Jalan.
Ayat pengajaran:  Kasihilah ayah dan ibumu.
                             Hai orang tua, kasihilah anak-anakmu.

NASKAH DRAMA

Pencerita:
Di sebuah negeri yang jauh, ada seorang raja yang adil dan bijaksana. Raja itu bernama Sulaeman. Raja selalu memantau kehidupan rakyatnya.
         (Pemeran Raja dan permaisuri sedang duduk di singgasana menyaksikan tarian anak-anak, musik
padang pasir
)
Raja:             (berbicara pada permaisuri) Adinda, hari ini aku mendapat laporan bahwa rakyat kita sudah semakin makmur, tidak ada lagi kelaparan.
Ratu:            Puji Tuhan, bersyukur sekali kita diberkati negeri yang aman dan damai. Tetapi kakanda, apakah tidak lebih baik kalau kanda melihat langsung keadaan rakyat kita?
Raja:             (antusias) saran yang bagus sekali! Wah, aku akan menyamar untuk mengetahui keadaan rakyatku. malam  ini juga, aku akan pergi ke desa yang paling jauh di kerajaan kita. (raja dan ratu bersiap-siap, musik ceria)
Pencerita:     Pergilah raja ke sebuah desa yang bernama dadapan. Ia berjalan jauh sekali.sampai di ujung desa, ia mendengar suara anak-anak menangis dari sebuah rumah, raja bergegas pergi ke rumah itu. (raja mengintip ke dalam rumah)
                     Rumah itu adalah milik Mbok Rondo dadapan, seorang janda dengan empat orang anak. Mbok Rondo sedang memasak sesuatu di dalam kuali dan anak-anaknya duduk mengitari kuali itu dengan tatapan yang sangat lapar.
Anak 1         SiMbok, apakah sudah matang? Perutku lapar sekali.
Mbok            Sabar ya, Le. Sabar, Nak. Sebentar lagi sudah akan matang.
Anak2          Sepertinya aku sudah tidur dua kali, kenapa belum matang juga?
Mbok:           Iya, ubi kali ini mungkinubi tua, jadi tidak empuk-empuk dimasak. Sekarang begini ya, bagaimana kalau kalian cicipi kuahnya dulu.
Anak-anak: iya, Mbok. Yang banyak ya kuahnya.  (Mbok Rondo membagi-bagikan kuah ke dalam mangkuk sambilmenangis.)
Anak3          Kenapa Si Mbok menangis?Kami sabar kok menunggu masakannya matang.
Mbok:           Iya, iya.minumlah dulu kuahnya, setelah itu kalian pergi tidur, nanti bangun tidur, pasti ubi ini sudah matang.
(Anak-anakterlihat mulai minum kuah di dalam mangkuk, kemudian mereka berbaring di atas tikar. Mbok Rondo dadapan mengelus-elus kepala anaknya sambil menangis)
mbok:           ya Tuhan, tolonglah kami, berilah anak-anak ini makan hari ini.
Anak4          Apakah aku sudah boleh bangun, mbok?
Mbok            Kenapa tidak boleh nak?
Anak4          Kalau aku bangun, ubinya
kan harus sudah matang.  (mbok tersenyum)
Mbok            Coba kita lihat ya! (Si mbok mengetuk-ngetukkan sendok sayur ke dalam pancinya.)  Belum matang le, masih keras.  Tidurlah sebentar lagi.
Pencerita:     Raja mendengarkan percakapan anak-beranak itu dari balik jendela.  Dia sangat bingung.  Ubi apakah yang dimasak begitu lama.  Akhirnya Sang Raja tidak sabar untuk mengetahui masakan mbok rondo.
Raja              (Mengetuk pintu)  Permisi!  Salam! 
Mbok            Siapa itu ya!? Tunggu sebentar.  (mbok rondo  berjalan membukakan pintu).
Raja              Maaf ibu, saya seorang pengelana.  Saya sedang berjalan melewati desa ini dan mencium bau masakan ibu yang enak.  Bolehkah saya ikut mencicipinya?
Mbok            (Menangis)  Huu…. Hu….   Anak yang baik.  (Sambil terisak).  Maafkan saya tidak bisa mengundangmu makan.  Karena kami tidak punya apapun untuk dimakan. 
Raja              Benarkah?  Kenapa ibu menjerang panci di atas api? Dan saya mencium bau yang enak dari panci itu.
Mbok            Nak, sebenarnya yang ibu masak di panci itu adalah empat buah batu, Ibu hanya ingin, menghibur hati anak-anak bahwa akan ada makanan yang mereka tunggu setelah bangun dari tidur.
Raja              (Terharu dan memegang tangan mbok Rondo)  Ibu, hati ibu baik.  Karena itu, maukah ibu menolong saya memasakkan makanan?  Ini ada sedikit uang dan ibu bisa membeli beras serta lauk pauk untuk anak-anak itu.
Mbok            Jangan nak, apa yang telah saya lakukan untukmu, sehingga engkau memberi uang?
Raja              Terimalah uang ini Ibu, saya telah mendapatkan sebuah pelajaran.  Bahwa kasih ibu tidak ada duanya.  Pakailah uang itu berbelanja, sebelum anak-anak bangun.  Tuhan telah mendengar doa ibu.
Pencerita      Adik-adik, mbok Rondo sangat bahagia bisa membelikan makanan untuk anak-anaknya.  Rajapun mendapatkan pelajaran, ketulusan hati mbok Rondo dalam doa dan pengharapan, bahwa Tuhan akan menolong keluarganya.  Kemudian Raja melanjutkan perjalanannya.
                    
                     Suatu hari, raja melihat pertengkaran antar dua orang wanita yang memperebutkan seorang bayi.  Apa yang terjadi?
Wanita1        Ini anakku!  Lihat, ada tahi lalat di bibirnya. 
Wanita 2       Bukan, bayi yang mati itu (Sambil menunjuk keranjang, berisi mayat bayi dalam lampin).  Itu anakmu! 
Wanita  1      Tidak!  Dia anakmu, ini anakku.
Raja              Adakah yang bisa dibantu, saudara-saudaraku?
Wanita 1       Dia mengakui bayi yang hidup ini adalah anaknya, padahal anak dia sudah mati.
Wanita 2       Dia bohong!  Bayiku yang hidup.
Raja              Saudara-saudaraku aku tidak tahu mana yang benar di antara kalian, aku juga tidak membela satu dari antara kalian. (Raja mengambil pedang dari balik bajunya, meminta bayi dan mengangkat pedangnya)
                     Aku akan membagi dua, dan kalian mendapat masing-masing sepotong.
Wanita 2       Ya, itu sangat adil! 
Wanita 1       Jangan lakukan itu.  Biarlah bayi ini menjadi anaknya, asal dia tidak dibunuh.  
Raja              (Menyarungkan pedangnya dan memberikan bayi kepada wanita 1)  Ibu ini anakmu, jagalah dia baik-baik.
Wanita 2       Bagaimana engkau ini!?  Kenapa kau berikan bayi itu kepadanya.
Raja              Seorang ibu tidak akan tega melihat anaknya disakiti.  Kau pembohong.  Aku tidak melaporkan kepada Raja, asalkan kau tidak mengulangi perbuatanmu dan kuburkan bayimu baik-baik.
Wanita 1       Bapak yang baik, kenapa kau melakukan ini kepada kami? 
Raja              Ibu, Tuhan mengajarkan kepada kita untuk berbuat jujur, mengasihi dan bijaksana. 
Wanita 1       Siapakah Tuhanmu? Apakah dia seorang raja? 
Raja              Ya Tuhanku adalah seorang Raja Damai, yaitu Yesus Kristus, yang dilahirkan di kota
Bethlehem.
Wanita 1       Aku pernah mendengarnya.  Ceritakan lagi tentang Bayi yang lahir di
Bethlehem itu.
(Dilanjutkan dengan cerita
Natal oleh Guru Sekolah Minggu diselingi dengan menyanyikan bersama lagu-lagu natal!
)
                            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar